BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena
itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya
terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti
perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa depan.
Pendidikan
yang mampu mendukung pembangunan masa depan adalah pendidikan yang mampu
mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu
menghadapi dan memecahkan problema yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh
potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan
tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di
masyarakat dan dunia kerja.
Masalah utama dalam pembelajaran pada
pendidikan formal (sekolah) saat ini adalah masih rendahnya daya serap peserta
didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang masih sangat
memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang
masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu
sendiri.
Bagi kita yang aktif dalam pendidikan,
khususnya pembelajaran di kelas yaitu pada bidang sains, banyak sekali
pertanyaan yang hingga saat ini belum terjawab. Pertanyaan tersebut berkisar
pada permasalahan pembelajaran sains. Salah satu pertanyaan tersebut adalah
bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan dan membelajarkan banyak konsep sains
di kelas sehingga peserta didik dapat tetap mengingat informasi yang didapatnya
dan menggunakannya.
Pada hakikatnya,
pembelajaran adalah usaha sadar bagi seorang guru untuk membelajarkan peserta
didiknya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2012).Untuk
mengatasi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran,tentu diperlukan
model-model pembelajaran. Selanjutnya Trianto (2012) menjelaskan bahwa
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar untuk merencanakan
aktivitas pembelajaran.
Model pembelajaran quantum
menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses pembelajaran lewat pemaduan
unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Dengan menggunakan model
pembelajaran quantum kita dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar
menuju bentuk perencanaan pembelajaran yang akan meningkatkan hasil belajar
peserta didik (Deporter, 2010).
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak
semua guru mampu menerapkan model pembelajaran tersebut. Salah satu penyebabnya
adalah kurangnya pemahaman tentang bagaimana hakikat model pembelajaran itu
sendiri serta bagaimana cara penerapannya. Untuk itu, melalui makalah ini akan
dibahas tentang bagaimana sebenarnya efektivitas model pembelajaran quantum.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran Quantum?
2.
Bagaimana azas utama model pembelajaran Quantum?
3.
Bagaimana karakteristik model pembelajaran Quantum?
4.
Bagaimana prinsip model pembelajaran Quantum?
5.
Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Quantum?
6.
Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Quantum?
7.
Bagaimana penerapan/efektivitas model pembelajaran Quantum?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Quantum.
2.
Untuk mengetahui azas model pembelajaran Quantum.
3.
Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran Quantum.
4.
Untuk mengetahui prinsip model pembelajaran Quantum.
5.
Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Quantum.
6.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Quantum.
7. Untuk mengetahui bagaimana penerapan/efektivitas model pembelajaran
Quantum dalam pembelajaran sains.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Model Pembelajaran Quantum
Istilah “Quantum” dapat diartikan
sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya (Deporter,2010).
Pembelajaran Quantum merupakan istilah terjemahan dari bahasa asing yaitu quantum
learning. Menurut Deporter, dkk (2010), quantum learning adalah penggubahan
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan
bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi diri mereka
sendiri dan bagi orang lain.
Quantum learning berakar dari upaya
Dr. Georgi Lazanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen
dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggest-pedia”.
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti memengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun sugesti
negative (Deporter dan Hernacki, 2016).
Quantum
Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh
proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat
belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat” (Deporter, dkk,
2011).Dengan demikian, pembelajaran kuantum dapat dikatakan sebagai model
pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga
menekankan pada tingkat kesenangan peserta didik.
Pembelajaran quantum merupakan model
pembelajaran yang menyenangkan serta menyertakan segala dinamika yang menunjang
keberhasilan pembelajaran itu sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan,
interaksi serta aspek-aspek yang dapat memaksimalkan momentum untuk belajar.
Menurut Deporter,
ddk (2010), pembelajaran quantum hampir sama dengan sebuah simfoni yang
di dalamnya banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman yang mewarnai hasil
akhir yang indah.
Wena dalam Triyani (2014) menjelaskan bahwa unsur di dalam model
pembelajaran quantum dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu konteks dan
isi. Kategori konteks meliputi lingkungan yang mendukung, suasana yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, dan rancangan belajar yang dinamis.
Sedangkan kategori konteks meliputi penyajian yang prima dan fasilitas yang
memadai.
Tujuan pembelajaran
quantum adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan
prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Menurut Shoimin, (2014),
di dalam pembelajaran quantum dikenal adanya Kerangka rancangan belajar Quantum Teaching yang dikenal
sebagai TANDUR, diantaranya:
1. Tumbuhkan
Tahap menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran yang akan
dilakukan. Melalui tahap ini, guru berusaha mengikutsertakan siswa dalam proses
belajar. Motivasi yang kuat membuat siswa tertarik untuk mengikuti seluruh
rangkaian pembelajaran. Tahap tumbuh bisa dilakukan untuk menggali permasalahan
terkait dengan materi yang akan dipelajari, menampilkan suatu gambaran atau
benda nyata, cerita pendek atau video.
2. Alami
Alami merupakan tahap ketika guru menciptakan atau mendatangkan
pengalaman yang dapat dimengerti semua siswa. Tahap ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Selain
itu, tahap ini juga untuk mengembangkan keinginantahuan siswa. Tahap alami bisa
dilakukan dengan mengadakan pengamatan.
3. Namai
Tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci, konsep,
model, rumus, atau strategi atasp pengalaman yang telah diperoleh siswa. Dalam
tahap ini siswa dengan bantuan guru berusaha menemukan konsep atas pengalaman
yang telah dilewati. Tahap penamaan memacu struktur kognitif siswa untuk
memberikan identitas, menguatkan, dan mendefinisikan atas apa yang telah
dialaminya. Proses penamaan dibangun atas pengetahuan awal dan keingintahuan
siswa saat itu. Penamaan merupakan saat untuk mengajarkan konsep kepada siswa.
Pemberian nama setelah pengalaman akan menjadi sesuatu lebih bermakna dan
berkesan bagi siswa. Untuk membantu penamaan dapat digunakan susunan gambar,
warna alat bantu, kertas tulis, dan poster dinding.
4. Demonstrasikan
Tahap demontrasi memberikan kesempatan untuk menerapkan
pengetahuan ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka.
Tahap ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan apa yang mereka
ketahui. Tahap demonstrasi bisa dilakukan dengan penyajian di depan kelas,
permainan, menjawab pertanyaan, dan menunjukkan hasil pekerjaan.
5. Ulangi
Pengulangan akan memperkuat koneksi saraf sehingga menguatkan
struktur kognitif siswa. Semakin sering dilakukan pengulangan, pengetahuan akan
semakin mendalam. Bisa dilakukan dengan menegaskan kembali pokok materi
pelajaran, member kesempatan siswa untuk mengulang pelajaran dengan teman lain
atau melalui latihan soal.
6. Rayakan
Rayakan merupakan wujud
pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh keterampilan dalam
ilmu pengetahuan. Bisa dilakukan dengan pujian, tepuk tangan, dan bernyanyi
bersama.
2.2
Azas
Utama Model Pembelajaran Quantum
Menurut Deporter (2010), azas utama
pembelajaran quantum adalah “Bawalah
Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksud dari konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan
Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” adalah
bahwa pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai langkah pertama yang
harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
Memasuki dunia peserta didik dapat
dilakukan dengan membangun jembatan autentik memasuki kehidupan siswa, untuk
mendapatkan hak mengajar dari mereka. Caranya
yaitu dengan mengaitkan apa yang diajarkan guru dengan peristiwa, pikiran atau
perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik,
musik, seni, rekreasi atau akademik siswa. Setelah kaitan terbentuk, guru dapat
menerapkan konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita”. Dalam
konteks inilah materi pembelajaran dipaparkan, misalnya: kosa kata baru, model
mental, rumus, dan lain-lain.
2.3 Karakteristik Model Pembelajaran Quantum
Budiman
(2013) menuliskan beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok Quantum Learning sebagai
berikut:
1. Berpangkal
pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah
dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran,
belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari
berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan
disini bahwa Quantum Learning tidak
berkaitan erat dengan fisika kuantum, kecuali analogi beberapa konsep kuantum.
Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
2.
Lebih bersifat humanistis, manusia selaku pembelajar menjadi pusat
perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya
dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah
dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut
dihargai, kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan
bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif humanistis.
3. Lebih bersifat konstruktivistis, nuansa konstruktivisme dalam Quantum
Learningrelatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa Quantum
Learning merupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme
kognitif, bukan konstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan
konstruktivisme kognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau
mengutamakan lingkungan, Quantum Learning justru menekankan
pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan
optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
4. Berupaya memadukan (mengintegrasikan),
menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku
pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
Atau lebih tepat dikatakan di sini bahwa Quantum Learning tidak
memisahkan dan tidak membedakan antara apa yang di dalam dan apa yang di luar.
Dalam pandangan Quantum Learning, lingkungan fisikal, mental dan
kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung.
Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia
harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran
berhasil baik.
5. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan
bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah
menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam Quantum Learning.
Karena itu, Quantum Learning memberikan tekanan pada
pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan
bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi
bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat
alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan
pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harus
dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan
inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam Quantum Learning.
6. Sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan
pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut Quantum
Learning, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan
tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses
pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini
berbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan,
iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan
tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi
pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain
segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan
dikelola sebaik-baiknya.
7. Sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan
dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan
menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana
tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang,
disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan
atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di sinilah para
perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif
untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
8. Quantum Learning sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan
proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu
membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu,
segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan
pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubungan
inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi
pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai.
Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan karena hal ini
hanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat dilakukan
upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada
pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu
dilakukan secara seimbang.
9. Memiliki model yang memadukan konteks
dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan,
landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan
rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima,
pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan
hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah
orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan
kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan
membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni
yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra.
10. Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan
akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya
harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama
dalam proses pembelajaran, tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan
demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya
keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi
adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus
disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara
keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal.
11. Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting
proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran
kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan
tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, proses
pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri
pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses
pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau
kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan atau kegagalan bukan tanda
bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan
keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment dan reward)
tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan
keyakinan positif seperti ini perlu terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan.
Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki oleh
pembelajar, kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi.
12. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman
dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci
selain interaksi. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau
pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan
digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu
disingkirkan penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di
kelas, dan penggunaan kiat dan metode pembelajaran.
13. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran
bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
2.4 Prinsip Model Pembelajaran Quantum
Prinsip
utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam
Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka
(Pembelajar). Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses
pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni. Dalam Shoimin (2014) prinsip-prinsip
yang digunakan dalam pembelajaran Quantum ada 5 macam:
1.
Segalanya berbicara
Segala hal baik itu
dari lingkungan kelas/sekolah hingga bahasa tubuh guru maupun siswa, lembar kerja yang dibagikan kepada siswa hingga rancangan pembelajaran, semua mengirim pesan tentang belajar dan mencerminkan
pembelajaran yang dilaksanakan. Cara guru dalam bersikap pada setiap siswa
ternyata juga mempengaruhi minat belajar siswa, siswa akan cenderung malas
untuk mengikuti pelajaran karena secara emosional mereka merasa diperlakukan
berbeda-beda oleh guru mereka. Untuk meredam hal tersebut diharapkan pada guru
untuk senantiasa bersikap sama pada semua siswa, karena tentunya semua siswa
memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Guru hendaknya juga harus mampu memahami
emosi setiap siswanya. Jika guru mampu memahami keadaan emosi tiap siswa dan
mampu membangun ikatan emosional baik itu menciptakan kesenangan dalam belajar,
menjalin hubungan dan menyingkirkan segala macam ancaman dari suasana belajar,
maka hal tersebut dapat memeprcepat pembelajaran dalam diri siswa.
2.
Segalanya bertujuan
Hal ini mengandung arti bahwa semua upaya yang dilakukan oleh guru dalam
menggubah dan mengelola kelas mempunyai tujuan, yaitu agar siswa
dapat belajar secara optimal untuk mencapai prestasi yang tertinggi. Untuk itu dalam suatu
komunitas belajar apabila ingin berjalan dengan optimal maka harus ada tujuan
yang sama yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki tersebut
guru diharapkan mampu mengkomunikasikan tujuan belajar itu pada siswa dengan
baik dan penuh keyakinan. Agar tujuan belajar yang diharapkan bukan hanya guru
saja yang mengusahakan, tapi siswa juga berperan sangat penting dalam
mewujudkan tujuan belajarnya sesuai dengan kemampuan dan kecakapan siswa
masing-masing. Guru berperan sebagai pelatih siswa yang memantau dan memberikan
semangat serta memberi umpan balik pada siswa mengenai kemajuan yang telah
siswa lakukan.
3.
Pengalaman sebelum pemberian nama
Proses
belajar paling efektif terjadi ketika siswa telah mengalami dan memperoleh informasi
terlebih dahulu apa yang akan dipelajarai sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang
mereka pelajari. Ini diilhami bahwa tak akan berkembang pesat jika adanya
rangsangan yang kompleks yang selanjutnya akan menggerakkan rasa keingintahuan.
Pengalaman juga menciptakan pertanyaan mental yang harus dijawab, seperti,
mengapa? Bagaimana? Apa? Jadi, pengalaman mebangun keingintahuan siswa,
menciptakan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam benak siswa, membuat siswa
penasaran dengan materi yang diajarkan (Deporter, 2014).
4.
Akui setiap usaha
Setiap
mengambil langkah belajar, siswa perlu mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri
mereka baik itu berupa pujian
atas usaha mereka ataupun ungkapan penyemangat. Dalam pembelajaran quantum tidak dikenal
istilah “gagal”, yang ada hanyalah hasil dan umpan balik. Setiap hasil adalah
prestasi dan masing-masing akan menjadi umpan balik demi pencapaian hasil yang
tepat sebagaimana diharapkan. karena belajar diartikan sebagai usaha yang
mengandung resiko untuk keluar dari zona kenyamanan untuk membongkar
pengetahuan sebelumnya.
5.
Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Perayaan memberikan umpan balik mengenai
kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Segala sesuatu yang
telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
Merayakan kerja keras siswa dalam belajar akan mendorong siswa memperkuat rasa
tanggung jawab dan mengawali peoses belajar mereka sendiri. Perayaan akan
mengajarkan pada siswa mengenai motivasi yang hakiki tanpa insentif. Siswa akan
menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar
mencapai nilai tertentu, karena mereka tahu bahwa setiap langkah itu amat
berarti (Deporter, 2014). Perayaan membangun keinginan untuk sukses, tidak lah
sulit mewujudkan suatu perayaan atas keberhasilan siswa, bisa dnegan cara
sederhana yaitu dnegan Tepuk tangan, kejutan, pengakuan kekuatan, ataupun
pujian.
2.5.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quantum
Langkah-langkah dari pembelajaran Quantum:
1.
Pengkondisian awal
Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan mental
siswa mengenai model pembelajaran kuantum yang menuntut keterlibatan aktif
siswa. Melalui pengkondisian awal akan memungkinkan dilaksanakannya proses
pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkondisian awal
meliputi: penumbuhan rasa percaya diri siswa, motivasi diri, menjalin hubungan,
dan ketrampilan belajar.
2.
Penyusunan rancangan pembelajaran
Tahap ini sama artinya dengan dengan tahap
persiapan dalam pembelajaran biasa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
adalah penyiapan alat dan pendukung lainnya, penentuan kegiatan selama proses
belajar mengajar, dan penyusunan evaluasi.
3.
Pelaksanaan metode pembelajaran kuantum
Tahap ini merupakan inti penerapan model
pembelajaran kuantum. Kegiatan dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R: penumbuhan
minat, pemberian pengalaman umum, penamaan atau penyajian materi, demonstrasi
tentang pemerolehan pengetahuan oleh siswa, pengulangan yang dilakukan oleh
siswa, perayaan atas usaha siswa.
1)
Penumbuhan minat (T= Tumbuhkan minat)
Dalam tahap ini, guru berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar
peserta didiknya, agar nantinya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dari diri
siswa sehingga mampu meningkatkan minat belajar dari peserta didik tersebut.
Penumbuhan minat siswa untuk belajar dilakukan dengan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan yaitu mengkondisikan suasana kelas lebih rileks
tetapi serius. Dapat dilakukan dengan cara rolling tempat duduk setiap
pertemuan, penempelan gambar-gambar, penampilan video (baik yang sesuai dengan
materi maupun video lain untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa), dsb.
2)
Pemberian pengalaman umum (A= Alami)
Pada langkah ini guru memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan
pengalaman yang telah siswa alami terkait dengan materi yang akan diajarkan,
sehingga ada motivasi dari siswa yang pernah mengenal materi tsb untuk lebih
mengembangkan pengalamannya juga bagi yang sama sekali belum pernah mengenal
menjadi lebih tertarik dan tertantang untuk mempelajarinya. Selain itu guru
memberikan tugas mandiri kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari
dengan harapan siswa telah mempunyai pengalaman sebelum mengikuti pelajaran.
3)
Penamaan atau penyajian materi
(N= Namai)
Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara
lengkap setelah siswa menceritakan pengalaman yang telah didapat, sehingga
dalam penamaan siswa telah memiliki bekal dan penguasaan materi oleh siswa dapt
lebih maksimal. Untuk menghindari kebosanan dan untuk menggali kemampuan siswa,
dalam penyajian materi guru menggunakan metode ceramah bermakna dan guru hanya
sebagai fasilitator
4)
Demonstrasi pengetahuan siswa (D = Demonstrasi)
Demonstrasi dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan hasil tugas mandiri yang telah diberikan oleh guru sebelumnya,
baik kepada teman kelompoknya maupun kepada seluruh siswa. Dengan cara ini,
diharapkan rasa percaya diri siswa lebih meningkat karena diberi kesempatan
untuk menunjukkan “hasil karyanya” (hasil tugas mandiri).
5)
Pengulangan yang dilakukan oleh siswa (U = Ulangi)
Pengulangan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh guru, caranya dengan
bercerita kepada teman kelompoknya, maupun kepada seluruh siswa. Dengan
demikian siswa yang tidak memperhatikan guru saat mengajar dapat dihindari,
karena setelah guru memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang
siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah diberikan dengan penjelasan
dan atau dengan mempraktekan langsung.
6)
Perayaan atas usaha siswa (R = Rayakan)
Perayaan merupakan salah satu bentuk motivasi yang dilakukan oleh guru
dengan memberikan pujian kepada siswa yang berhasil maupun yang tidak berhasil
menjawab pertanyaan dan tidak secara langsung menyalahkan jawaban siswa yang
kurang tepat, selain itu perayaan dilakukan dengan melakukan tepuk tangan
bersama-sama ketika jam pelajaran berakhir. Kondisi ini diharapkan dapat
menumbuhkan semangat belajar. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga
diberikan pujian atas usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih
giat lagi berlatih.
4.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan
produk untuk melihat keefektifan model pembelajaran yang digunakan. Langkah-
langkah pembelajaran metode pembelajaran ceramah bermakna dan dilaksanakan
dengan tahap- tahap:
1). Guru mengecek
pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan
2). Guru
menerangkan dan menyampaikan materi pelajaran di depan kelas dengan metode ceramah, di sini siswa mendengarkan apa yang
disampaikan guru dan mencatat hal-hal yang penting di buku tulis.
3). Guru memberikan
contoh soal dan mengadakan tanya jawab pada siswa tentang materi..
4). Guru memberikan
latihan soal atau memberi pekerjaan rumah.
5). Guru dan siswa
secara bersama- sama membahas hasil pekerjaan siswa dan mengambil kesimpulan.
6). Guru mengadakan evaluasi.
2.6.Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum
Shoimin (2014), menuliskan kelebihan dan kekurangan
dari model quantum yaitu:
Kelebihan model quantum:
1.
Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu
saluran pikiran yang sama.
2.
Karena lebih melibatkan siswa, saat proses pembelajaran perhatian murid
dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal
yang penting itu dapat diamati secara teliti.
3.
Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
4.
Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
5.
Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyelesuaikan antar teori
dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.
6.
Karena membutuhkan kreatifitas dari seorang guru untuk merangsang
keinginan bawaan siswa untuk berfikir kreatif setiap harinya.
7.
Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh
siswa.
Kekurangan model
quantum:
1.
Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping
memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau
jam pelajaran lain.
2.
Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu
tersedia dengan baik.
3.
Karena adanya perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa, baik
berupa tepuk tangan, jentikan jari dan nyanyian dapat mengganggu kelas lain.
4.
Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.
5.
Memerlukan keterampilan guru secara khusus karena tanpa ditunjang itu,
proses pembelajaran tidak akan efektif.
6.
Diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan
kesabaran itu diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana
mestinya.
Menurut Sunandar (2012) menyatakan kelebihan
dan kekurangan model Quantum Teaching sebagai berikut:
a. Kelebihan Quantum Teaching.
1. Selalu berpusat pada apa yang masuk akal
bagi siswa.
2. Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme
siswa.
3. Adanya kerjasama.
4. Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam
bentuk yang enak dipahami siswa.
5. Menciptakan tingkah laku dan sikap
kepercayaan dalam diri sendiri.
6. Belajar terasa menyenangkan.
7. Ketenangan psikologi.
8. Adanya kebebasan dalam berekspresi.
b. Kekurangan Quantum
Teaching
1. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru
dan lingkungan yang mendukung.
2. Memerlukan fasilitas yang memadai.
3. Model ini banyak dilakukan di luar negeri
sehingga kurang beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia.
4. Kurang dapat mengontrol siswa.
2.7.Penerapan/Efektivitas Model Pembelajaran Quantum dalam Pembelajaran
Sains
Terdapat strategi
pembelajaran quantum, sebelum mengetahui strategi pembelajaran Quantum
Learning, siswa harus bisa menentukan gaya belajarnya sendiri. Gaya belajar
seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur,
serta mengolah informasi (DePorter dan Hernacki dalam Alwiyah, 2009: 110 –
112). Menurut DePorter dan Hernacki dalam Alwiyah (2009: 113), terdapat tiga
gaya belajar atau yang disebut dengan modalitas belajar, yaitu sebagai berikut:
1.
Visual
Gaya
belajar visual adalah belajar dengan cara melihat. Siswa dengan gaya belajar
visual akan lebih mudah menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru melalui
media-media visual seperti poster, gambar-gambar, video, dan lain sebagainya.
2.
Auditorial
Gaya
belajar auditorial adalah belajar dengan cara mendengar. Siswa dengan gaya
belajar auditorial akan lebih mudah menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru
melalui media-media audio seperti mendengarkan cerita, mendengarkan kaset,
ceramah, diskusi, dan lain sebagainya.
3.
Kinestetik
Gaya
belajar kinestetik adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.
Siswa dengan gaya belajar kinestetik akan lebih mudah menyerap pelajaran yang
diberikan oleh guru melalui praktek-praktek atau praktikum.
Modalitas belajar atau gaya belajar tersebut
di atas merupakan dasar bagi siswa untuk belajar dengan menggunakan strategi Quantum
Learning. Menurut DePorter dan Hernacki dalam Alwiyah (2009), strategi Quantum
Learning meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.
Memberikan sugesti positif untuk siswa
Dalam
Quantum Learning tidak terdapat istilah siswa bodoh atau gagal.Kegagalan
adalah umpan balik untuk memberikan motivasi siswa dan belajar dari kegagalan
untuk memperoleh kesuksesan. Metode Quantum Learning digunakan guru
untuk selalu memberikan sugesti positif kepada siswa bahwa mereka mampu
melakukan aktifitas belajar mengajar dengan baik, mampu mengerjakan tugas
dengan baik, dan akhirnya mampu memperoleh nilai terbaik.
2.
Mendudukkan murid secara nyaman
Dalam
metode Quantum Learning, siswa diajarkan bagaimana siswa duduk secara
nyaman. Posisi duduk dan berjalan memasuki kelas harus tegak sehingga siswa
akan selalu bersemangat dalam menghadapi segala aktifitas pembelajaran yang
akan disampaikan oleh guru.
3.
Memasang musik latar di dalam kelas
Musik
yang digunakan adalah musik klasik dengan irama ketukan yang teratur sesuai
detak jantung. Dari hasil penelitian, musik-musik tersebut dapat meningkatkan
daya tahan dalam belajar dan meningkatkan daya konsentrasi siswa.
4.
Meningkatkan prestasi individu
Dalam
metode Quantum Learning, peran guru bukanlah mentransfer pengetahuan
kepada siswa secara satu arah saja, melainkan siswa juga distimulasi agar ikut
berperan aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini bisa
dilakukan melalui permainan, diskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. Melalui
treatment tersebut, maka prestasi individu akan lebih terlihat dan bisa
ditingkatkan.
5.
Menggunakan poster atau gambar untuk memberi kesan besar sambil
menonjolkan informasi
Metode Quantum Learning mengajarkan
proses pembelajaran secara menyenangkan. Sehingga guru harus bersikap kreatif
untuk menghidupkan proses belajar mengajar tersebut, diantaranya dengan
menggunakan poster-poster dalam memberikan materi pelajaran. Sehingga siswa akan lebih
mudah mengingat dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Efektifitas Pembelajaran
Slavin (1995) menjelaskan
bahwa keefektifan pembelajaran akan terjadi apabila siswa secara aktif
dilibatkan dalam pengorganisasian hubungan-hubungan dari informasi yang
diberikan. Selanjutnya Arend (1997) menjelaskan bahwa terdapat 7 ciri
keefektifan pembelajaran yaitu:
a.
Pembalikan makna belajar;
b.
Berpusat pada siswa;
c.
Belajar dengan mengalami;
d.
Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif dan emosional;
e.
Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah Tuhan;
f.
Belajar sepanjang hayat;
g.
Perpaduan kemandirian dan sepanjang hayat.
Dengan demikian
dapat diartikan bahwa ke tujuh keefektifan menunjukkan penguasaan prilaku, yang
berarti semakin menguasai prilaku yang disampaikan (diajarkan maka semakin
efektif pembelajaran yang dijalankan).
Menurut Glasson
dan Lalik (1993) mengungkapkan bahwa tingkat keekfektifan mengungkapkan dua hal
pokok yaitu tingkat persentase siswa yang mencapai tingkat penguasaan tujuan
dan persentase rata-rata penguasaan tujuan dari semua siswa. Selanjutnya
tingkat penguasaan tujuan pembelajaran dinyatakan dengan kriteria ketuntasan
minimum (KKM).
Karakteristik Pembelajaran IPA (Sains)
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan
berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Trianto (2010: 141) menyatakan bahwa IPA
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah, yang dibangun atas dasar
sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen
terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara umum.
Carin dan Sund (Puskur 2007:3),
mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (uviversal), dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen. (Puskur, 2007:6) Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu,
1.
Sikap meliputi rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahkluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open
ended;
2.
Proses meliputi
prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen
atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3.
Produk meliputi berupa
fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4.
Aplikasi meliputi penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain . Melalui pembelajaran IPA, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja
ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
Efektifitas Model
Pembelajaran Quantum pada Pembelajaran Sains
Berdasarkan
karakteristik pembelajaran sains yang telah dikemukakan diatas dan juga
prinsip-prinsip serta langkah-langkah model pembelajaran quantum yang telah
dipaparkan, maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa model pembelajaran
quantum cukup efektif dalam menjembatani proses pembelajaran Sains agar
berjalan dengan maksimal.
Melalui Quantum Learning siswa akan
diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan
berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar
siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan
sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.
Dalam model pembelajaran
Quantum terdapat kerangka rancangan belajar yang disebut TANDUR (Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Dalam kerangka belajar ini
mengandung makna bahwa dalam proses belajar yang menyenangkan dan bermakna itu
harus melalui tahapan yang dapat membawa siswa ke dalam suatu proses yang mampu
membuat siswa mengalami sendiri apa yang ia pelajari. Sebisa mungkin membuat
proses pembelajaran itu lebih kontekstual agar pemahaman siswa terhadap
pembelajaran bukan hanya hal yang bersifat
abstrak saja dan siswa mampu menghasilkan sebuah produk berupa pemahaman
terhadap konsep – konsep pelajaran yang mampu ia terapkan dalam kehidupan
sehari-harinya.
Hal tersebut sejalan
dengan sejalan dengan karakteristik pembelajaran sains yang mengutamakan unsur
sikap, proses, produk dan juga penerapan. Dalam kerangka TANDUR pada model
pembelajaran Quantum mewakili pelaksanaan unsur-unsur pembelajaran sains
tersebut. Selain itu model pembelajaran Quantum juga mengikutsertakan bahwa pemberian
motivasi, variasi lingkungan belajar, penggunaan alat bantu dan penggunaan
musik dalam belajar serta ikatan emosional dalam pembelajaran juga sangat
mempengaruhi proses pembelajaran. Dalam pembelajaran sains siswa diharapkan
mampu memiliki sikap yang baik serta mampu menjalani proses dan menghasilkan
suatu produk yang mampu diterapkan dalam kehidupan, untuk mewujudkan hal
tersebut penggubahan suasana dan lingkungan belajar sangat perlu untuk menjaga
agar motivasi belajar siswa terus tumbuh dan menetap. Jadi dengan menggunakan model
pembelajaran Quantum dirasakan cukup efektif untuk diterapkan pada pembelajaran
sains jika dilihat dari kecocokan komponen-komponen model pembelajaran tersebut
dengan karakteristik pembelajaran sains.
Contoh Skenario Model Quantum Learning
Kegiatan pendahuluan :
- Guru melakukan apersepsi dengan pertanyaan pada materi
pembelajaran IPA.
- Memberi pertanyaan kepada siswa tentang cakupan materi
dari pembelajaran IPA
Kegiatan inti :
- Mentraasfer jawaban siswa dalam bentuk peta konsep.
- Memperbaiki peta konsep yang belum terstruktur menjadi
terstuktur.
- Setelah peta konsep jadi, membeti tugas kepada siswa
untuk membuat peta konsep secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi.
- Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa kerja
kelompok untuk membuat peta konsep.
- Guru keliling untuk memberi penjelasan jika ada
kelompok yang bertanya selama siswa menyusun peta konsep.
- Wakil-wakil kelompok maju untuk mempresentasikan hasil
kerjanya. Sementara itu kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi
tanggapan dan masukan.
- Menjelaskan tentang materi yang belum dipahami siswa
Kegiatan Penutup :
- Memberikan masukan tentang hasil pekerjaan siswa
- Postest.
- Memberi kesempatan siswa untuk memberi masukan tentang
cara pmbelajaran yang dilakukan guru sebagai evaluasi pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Model pembelajaran quantum
adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang menyertakan
segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar dan
berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Kerangka Rancangan
pembelajaran quantum dikenal sebagai TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demontrasikan, Ulangi, Rayakan).
2.
Azas utama pembelajaran
quantum adalah “Bawalah Dunia Mereka
ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksud dari konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan
Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” adalah
bahwa pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai langkah pertama yang
harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
3.
Karakteristik umum yang
tampak membentuk sosok Quantum
Learning sebagai berikut: 1. Berpangkal
pada psikologi kognitif.; 2. Lebih bersifat humanistis.; 3. Lebih bersifat konstruktivistis.; 4. Berupaya memadukan (mengintegrasikan),
menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri pembelajar dengan
lingkungan; 5. Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan
bermakna; 6. Sangat
menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.; 7. Sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran;
8.
menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.; 9. memadukan
konteks dan isi pembelajaran.; 10. Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan
akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.; 11. Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting
proses pembelajaran.; 12. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan; 13. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses
pembelajaran.
4. prinsip-prinsip yang
digunakan dalam pembelajaran Quantum ada 5 macam: 1. Segalanya berbicara; 2.
Segalanya bertujuan; 3. Pengalaman sebelum pemberian nama; 4. Akui setiap
usaha; 5. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.
5. Langkah-langkah dari
pembelajaran quantum: a) Pengkondisian awal; b) Penyusunan rancangan
pembelajaran; c) Pelaksanaan metode pembelajaran
kuantum (Tahap ini merupakan inti penerapan model pembelajaran kuantum.
Kegiatan dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R); d) Evaluasi
6. a. Kelebihan pembelajaran
Quantum.
1.
Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa.
2.
Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa.
3.
Adanya kerjasama.
4. Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam
bentuk yang enak dipahami siswa.
5.
Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri.
6.
Belajar terasa menyenangkan.
7.
Ketenangan psikologi.
8.
Adanya kebebasan dalam berekspresi.
b.
Kekurangan pembelajaran Quantum
1. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru
dan lingkungan yang mendukung.
2.
Memerlukan fasilitas yang memadai.
3. Model ini banyak dilakukan di luar negeri
sehingga kurang beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia.
4. Kurang dapat mengontrol siswa.
7.
Keefektifan pembelajaran akan terjadi apabila siswa secara aktif
dilibatkan dalam pengorganisasian hubungan-hubungan dari informasi yang
diberikan. Terdapat 7 ciri keefektifan pembelajaran yaitu:
o Pembalikan makna belajar;
o Berpusat pada siswa;
o Belajar dengan mengalami;
o Mengembangkan keterampilan
sosial, kognitif dan emosional;
o Mengembangkan
keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-tuhan;
o Belajar sepanjang hayat;
o Perpaduan kemandirian dan
sepanjang hayat.
DAFTAR PUSTAKA
Deporter, B,; Reardon,M,; Singer-Nauri, S.
2010. Quantum Teaching: mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang
kelas. Bandung: Kaifa.
Deporter, B;
Hernacki,M. 2016. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa.
Shoimin,
A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif
dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Trianto. 2012. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Triyani. 2014. Efektivitas
Model Pembelajaran TANDUR dalam meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa MTs
YAPI Pakem Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Long
Life Education.2012. Hakikat Quantum
Learning. http://www.longlif-education.com/2012/01/model-quantum-learning.html.
Diakses 14 Sep-tember 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar