Kamis, 15 September 2016

MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DALAM PEMBELAJARAN SAINS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

       Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan masa depan adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja.
       Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) saat ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri.
       Bagi kita yang aktif dalam pendidikan, khususnya pembelajaran di kelas yaitu pada bidang sains, banyak sekali pertanyaan yang hingga saat ini belum terjawab. Pertanyaan tersebut berkisar pada permasalahan pembelajaran sains. Salah satu pertanyaan tersebut adalah bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan dan membelajarkan banyak konsep sains di kelas sehingga peserta didik dapat tetap mengingat informasi yang didapatnya dan menggunakannya.
       Pada hakikatnya, pembelajaran adalah usaha sadar bagi seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2012).Untuk mengatasi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran,tentu diperlukan model-model pembelajaran. Selanjutnya Trianto (2012) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar untuk merencanakan aktivitas pembelajaran.
       Model pembelajaran quantum menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses pembelajaran lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah. Dengan menggunakan model pembelajaran quantum kita dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pembelajaran yang akan meningkatkan hasil belajar peserta didik (Deporter, 2010).
       Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua guru mampu menerapkan model pembelajaran tersebut. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman tentang bagaimana hakikat model pembelajaran itu sendiri serta bagaimana cara penerapannya. Untuk itu, melalui makalah ini akan dibahas tentang bagaimana sebenarnya efektivitas model pembelajaran quantum.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran Quantum?
2.      Bagaimana azas utama model pembelajaran Quantum?
3.      Bagaimana karakteristik model pembelajaran Quantum?
4.      Bagaimana prinsip model pembelajaran Quantum?
5.      Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran Quantum?
6.      Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Quantum?
7.      Bagaimana penerapan/efektivitas model pembelajaran Quantum?

1.3              Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Quantum.
2.      Untuk mengetahui azas model pembelajaran Quantum.
3.      Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran Quantum.
4.      Untuk mengetahui prinsip model pembelajaran Quantum.
5.      Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran Quantum.
6.      Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Quantum.
7. Untuk mengetahui bagaimana penerapan/efektivitas model pembelajaran Quantum dalam pembelajaran sains.



     


BAB II

PEMBAHASAN


2.1  Pengertian Model Pembelajaran Quantum

       Istilah “Quantum” dapat diartikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya (Deporter,2010). Pembelajaran Quantum merupakan istilah terjemahan dari bahasa asing yaitu quantum learning. Menurut Deporter, dkk (2010), quantum learning adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan bagi orang lain.
      Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lazanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology” atau “suggest-pedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti memengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun sugesti negative (Deporter dan Hernacki, 2016).
     Quantum Learning  adalah kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat” (Deporter, dkk, 2011).Dengan demikian, pembelajaran kuantum dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan untuk memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat kesenangan peserta didik.
         Pembelajaran quantum merupakan model pembelajaran yang menyenangkan serta menyertakan segala dinamika yang menunjang keberhasilan pembelajaran itu sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan, interaksi serta aspek-aspek yang dapat memaksimalkan momentum untuk belajar. Menurut Deporter, ddk (2010), pembelajaran quantum hampir sama dengan sebuah simfoni yang di dalamnya banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman yang mewarnai hasil akhir yang indah.
       Wena dalam Triyani (2014) menjelaskan bahwa unsur di dalam model pembelajaran quantum dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu konteks dan isi. Kategori konteks meliputi lingkungan yang mendukung, suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan kategori konteks meliputi penyajian yang prima dan fasilitas yang memadai. 
    Tujuan pembelajaran quantum adalah untuk meraih ilmu pengetahuan yang luas dengan berdasarkan prinsip belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Menurut Shoimin, (2014), di dalam pembelajaran quantum dikenal adanya Kerangka rancangan belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR, diantaranya:
1.    Tumbuhkan
Tahap menumbuhkan minat siswa terhadap pembelajaran yang akan dilakukan. Melalui tahap ini, guru berusaha mengikutsertakan siswa dalam proses belajar. Motivasi yang kuat membuat siswa tertarik untuk mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran. Tahap tumbuh bisa dilakukan untuk menggali permasalahan terkait dengan materi yang akan dipelajari, menampilkan suatu gambaran atau benda nyata, cerita pendek atau video.
2.    Alami
Alami merupakan tahap ketika guru menciptakan atau mendatangkan pengalaman yang dapat dimengerti semua siswa. Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Selain itu, tahap ini juga untuk mengembangkan keinginantahuan siswa. Tahap alami bisa dilakukan dengan mengadakan pengamatan.
3.    Namai
Tahap namai merupakan tahap memberikan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi atasp pengalaman yang telah diperoleh siswa. Dalam tahap ini siswa dengan bantuan guru berusaha menemukan konsep atas pengalaman yang telah dilewati. Tahap penamaan memacu struktur kognitif siswa untuk memberikan identitas, menguatkan, dan mendefinisikan atas apa yang telah dialaminya. Proses penamaan dibangun atas pengetahuan awal dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan merupakan saat untuk mengajarkan konsep kepada siswa. Pemberian nama setelah pengalaman akan menjadi sesuatu lebih bermakna dan berkesan bagi siswa. Untuk membantu penamaan dapat digunakan susunan gambar, warna alat bantu, kertas tulis, dan poster dinding.
4.    Demonstrasikan
Tahap demontrasi memberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan ke dalam pembelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka. Tahap ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan apa yang mereka ketahui. Tahap demonstrasi bisa dilakukan dengan penyajian di depan kelas, permainan, menjawab pertanyaan, dan menunjukkan hasil pekerjaan.
5.    Ulangi
Pengulangan akan memperkuat koneksi saraf sehingga menguatkan struktur kognitif siswa. Semakin sering dilakukan pengulangan, pengetahuan akan semakin mendalam. Bisa dilakukan dengan menegaskan kembali pokok materi pelajaran, member kesempatan siswa untuk mengulang pelajaran dengan teman lain atau melalui latihan soal.
6.    Rayakan
 Rayakan merupakan wujud pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh keterampilan dalam ilmu pengetahuan. Bisa dilakukan dengan pujian, tepuk tangan, dan bernyanyi bersama.


2.2         Azas Utama Model Pembelajaran Quantum

        Menurut Deporter (2010), azas utama pembelajaran quantum adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksud dari konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” adalah bahwa pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
        Memasuki dunia peserta didik dapat dilakukan dengan membangun jembatan autentik memasuki kehidupan siswa, untuk mendapatkan hak mengajar dari mereka. Caranya yaitu dengan mengaitkan apa yang diajarkan guru dengan peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademik siswa. Setelah kaitan terbentuk, guru dapat menerapkan konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita”. Dalam konteks inilah materi pembelajaran dipaparkan, misalnya: kosa kata baru, model mental, rumus, dan lain-lain.

2.3  Karakteristik Model Pembelajaran Quantum

Budiman (2013) menuliskan beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok Quantum Learning sebagai berikut:
1.   Berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif, bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan disini bahwa Quantum Learning tidak berkaitan erat dengan fisika kuantum, kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
2.   Lebih bersifat humanistis, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai, kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif humanistis.
3.   Lebih bersifat konstruktivistis, nuansa konstruktivisme dalam Quantum Learningrelatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa Quantum Learning merupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif, bukan konstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan konstruktivisme kognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau mengutamakan lingkungan, Quantum Learning justru menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
4.   Berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Atau lebih tepat dikatakan di sini bahwa Quantum Learning tidak memisahkan dan tidak membedakan antara apa yang di dalam dan apa yang di luar. Dalam pandangan Quantum Learning, lingkungan fisikal, mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
5.   Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam Quantum Learning. Karena itu, Quantum Learning memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam Quantum Learning.
6.   Sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut Quantum Learning, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini berbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
7.   Sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
8.      Quantum Learning sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubungan inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan karena hal ini hanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang.
9.   Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra.
10. Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran, tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal.
11. Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment dan reward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki oleh pembelajar, kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi.
12. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metode pembelajaran.
13. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

2.4  Prinsip Model Pembelajaran Quantum

   Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni. Dalam Shoimin (2014) prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembelajaran Quantum ada 5 macam:
1.                  Segalanya berbicara
Segala hal baik itu dari lingkungan kelas/sekolah hingga bahasa tubuh guru maupun siswa, lembar kerja yang dibagikan kepada siswa hingga rancangan pembelajaran, semua mengirim pesan tentang belajar dan mencerminkan pembelajaran yang dilaksanakan. Cara guru dalam bersikap pada setiap siswa ternyata juga mempengaruhi minat belajar siswa, siswa akan cenderung malas untuk mengikuti pelajaran karena secara emosional mereka merasa diperlakukan berbeda-beda oleh guru mereka. Untuk meredam hal tersebut diharapkan pada guru untuk senantiasa bersikap sama pada semua siswa, karena tentunya semua siswa memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Guru hendaknya juga harus mampu memahami emosi setiap siswanya. Jika guru mampu memahami keadaan emosi tiap siswa dan mampu membangun ikatan emosional baik itu menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan dan menyingkirkan segala macam ancaman dari suasana belajar, maka hal tersebut dapat memeprcepat pembelajaran dalam diri siswa.
2.                  Segalanya bertujuan
Hal ini mengandung arti bahwa semua upaya yang dilakukan oleh guru dalam menggubah dan mengelola kelas mempunyai tujuan, yaitu agar siswa dapat belajar secara optimal untuk mencapai prestasi yang tertinggi. Untuk itu dalam suatu komunitas belajar apabila ingin berjalan dengan optimal maka harus ada tujuan yang sama yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki tersebut guru diharapkan mampu mengkomunikasikan tujuan belajar itu pada siswa dengan baik dan penuh keyakinan. Agar tujuan belajar yang diharapkan bukan hanya guru saja yang mengusahakan, tapi siswa juga berperan sangat penting dalam mewujudkan tujuan belajarnya sesuai dengan kemampuan dan kecakapan siswa masing-masing. Guru berperan sebagai pelatih siswa yang memantau dan memberikan semangat serta memberi umpan balik pada siswa mengenai kemajuan yang telah siswa lakukan.
3.                  Pengalaman sebelum pemberian nama
       Proses belajar paling efektif terjadi ketika siswa telah mengalami dan memperoleh informasi terlebih dahulu apa yang akan dipelajarai sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini diilhami bahwa tak akan berkembang pesat jika adanya rangsangan yang kompleks yang selanjutnya akan menggerakkan rasa keingintahuan. Pengalaman juga menciptakan pertanyaan mental yang harus dijawab, seperti, mengapa? Bagaimana? Apa? Jadi, pengalaman mebangun keingintahuan siswa, menciptakan pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam benak siswa, membuat siswa penasaran dengan materi yang diajarkan (Deporter, 2014).
4.                  Akui setiap usaha
       Setiap mengambil langkah belajar, siswa perlu mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka baik itu berupa pujian atas usaha mereka ataupun ungkapan penyemangat. Dalam pembelajaran quantum tidak dikenal istilah “gagal”, yang ada hanyalah hasil dan umpan balik. Setiap hasil adalah prestasi dan masing-masing akan menjadi umpan balik demi pencapaian hasil yang tepat sebagaimana diharapkan. karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari zona kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya.
5.                  Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
       Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Merayakan kerja keras siswa dalam belajar akan mendorong siswa memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali peoses belajar mereka sendiri. Perayaan akan mengajarkan pada siswa mengenai motivasi yang hakiki tanpa insentif. Siswa akan menanti kegiatan belajar, sehingga pendidikan mereka lebih dari sekedar mencapai nilai tertentu, karena mereka tahu bahwa setiap langkah itu amat berarti (Deporter, 2014). Perayaan membangun keinginan untuk sukses, tidak lah sulit mewujudkan suatu perayaan atas keberhasilan siswa, bisa dnegan cara sederhana yaitu dnegan Tepuk tangan, kejutan, pengakuan kekuatan, ataupun pujian.



2.5.  Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quantum

Langkah-langkah dari pembelajaran Quantum:
1.    Pengkondisian awal
Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa mengenai model pembelajaran kuantum yang menuntut keterlibatan aktif siswa. Melalui pengkondisian awal akan memungkinkan dilaksanakannya proses pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkondisian awal meliputi: penumbuhan rasa percaya diri siswa, motivasi diri, menjalin hubungan, dan ketrampilan belajar.

2.    Penyusunan rancangan pembelajaran
Tahap ini sama artinya dengan dengan tahap persiapan dalam pembelajaran biasa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah penyiapan alat dan pendukung lainnya, penentuan kegiatan selama proses belajar mengajar, dan penyusunan evaluasi.

3.    Pelaksanaan metode pembelajaran kuantum
Tahap ini merupakan inti penerapan model pembelajaran kuantum. Kegiatan dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R: penumbuhan minat, pemberian pengalaman umum, penamaan atau penyajian materi, demonstrasi tentang pemerolehan pengetahuan oleh siswa, pengulangan yang dilakukan oleh siswa, perayaan atas usaha siswa.
1)   Penumbuhan minat (T= Tumbuhkan minat)
Dalam tahap ini, guru berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar peserta didiknya, agar nantinya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dari diri siswa sehingga mampu meningkatkan minat belajar dari peserta didik tersebut. Penumbuhan minat siswa untuk belajar dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu mengkondisikan suasana kelas lebih rileks tetapi serius. Dapat dilakukan dengan cara rolling tempat duduk setiap pertemuan, penempelan gambar-gambar, penampilan video (baik yang sesuai dengan materi maupun video lain untuk menumbuhkan minat dan motivasi siswa), dsb.
2)   Pemberian pengalaman umum (A= Alami)
Pada langkah ini guru memberikan kesempatan siswa untuk menceritakan pengalaman yang telah siswa alami terkait dengan materi yang akan diajarkan, sehingga ada motivasi dari siswa yang pernah mengenal materi tsb untuk lebih mengembangkan pengalamannya juga bagi yang sama sekali belum pernah mengenal menjadi lebih tertarik dan tertantang untuk mempelajarinya. Selain itu guru memberikan tugas mandiri kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari dengan harapan siswa telah mempunyai pengalaman sebelum mengikuti pelajaran.


3)   Penamaan atau penyajian materi  (N= Namai)
Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari secara lengkap setelah siswa menceritakan pengalaman yang telah didapat, sehingga dalam penamaan siswa telah memiliki bekal dan penguasaan materi oleh siswa dapt lebih maksimal. Untuk menghindari kebosanan dan untuk menggali kemampuan siswa, dalam penyajian materi guru menggunakan metode ceramah bermakna dan guru hanya sebagai fasilitator
4)   Demonstrasi pengetahuan siswa (D = Demonstrasi)
Demonstrasi dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil tugas mandiri yang telah diberikan oleh guru sebelumnya, baik kepada teman kelompoknya maupun kepada seluruh siswa. Dengan cara ini, diharapkan rasa percaya diri siswa lebih meningkat karena diberi kesempatan untuk menunjukkan “hasil karyanya” (hasil tugas mandiri).
5)   Pengulangan yang dilakukan oleh siswa (U = Ulangi)
Pengulangan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh guru, caranya dengan bercerita kepada teman kelompoknya, maupun kepada seluruh siswa. Dengan demikian siswa yang tidak memperhatikan guru saat mengajar dapat dihindari, karena setelah guru memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah diberikan dengan penjelasan dan atau dengan mempraktekan langsung.
6)   Perayaan atas usaha siswa (R = Rayakan)
Perayaan merupakan salah satu bentuk motivasi yang dilakukan oleh guru dengan memberikan pujian kepada siswa yang berhasil maupun yang tidak berhasil menjawab pertanyaan dan tidak secara langsung menyalahkan jawaban siswa yang kurang tepat, selain itu perayaan dilakukan dengan melakukan tepuk tangan bersama-sama ketika jam pelajaran berakhir. Kondisi ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga diberikan pujian atas usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih giat lagi berlatih.

4.    Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan produk untuk melihat keefektifan model pembelajaran yang digunakan. Langkah- langkah pembelajaran metode pembelajaran ceramah bermakna dan dilaksanakan dengan tahap- tahap:
1). Guru mengecek pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan
2). Guru menerangkan dan menyampaikan materi pelajaran di depan kelas dengan metode   ceramah, di sini siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru dan mencatat hal-hal yang penting di buku tulis.
3). Guru memberikan contoh soal dan mengadakan tanya jawab pada siswa tentang materi..
4). Guru memberikan latihan soal atau memberi pekerjaan rumah.
5). Guru dan siswa secara bersama- sama membahas hasil pekerjaan siswa dan mengambil kesimpulan.
6).  Guru mengadakan evaluasi.

2.6.Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum

Shoimin (2014), menuliskan kelebihan dan kekurangan dari model quantum yaitu:
Kelebihan model quantum:
1.    Dapat membimbing peserta didik kearah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
2.    Karena lebih melibatkan siswa, saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.
3.    Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.
4.    Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
5.    Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyelesuaikan antar teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.
6.    Karena membutuhkan kreatifitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk berfikir kreatif setiap harinya.
7.    Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.
Kekurangan model quantum:
1.    Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
2.    Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
3.    Karena adanya perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa, baik berupa tepuk tangan, jentikan jari dan nyanyian dapat mengganggu kelas lain.
4.    Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.
5.    Memerlukan keterampilan guru secara khusus karena tanpa ditunjang itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.
6.    Diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.
Menurut Sunandar (2012) menyatakan kelebihan dan kekurangan model Quantum Teaching sebagai berikut:
a.  Kelebihan Quantum Teaching.
1. Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa.
2. Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa.
3. Adanya kerjasama.
4. Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak dipahami siswa.
5. Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri.
6. Belajar terasa menyenangkan.
7. Ketenangan psikologi.
8. Adanya kebebasan dalam berekspresi.
b. Kekurangan Quantum Teaching
1. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.
2. Memerlukan fasilitas yang memadai.
3. Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang  beradaptasi dengan      kehidupan di Indonesia.
4. Kurang dapat mengontrol siswa.

2.7.Penerapan/Efektivitas Model Pembelajaran Quantum dalam Pembelajaran Sains

Terdapat strategi pembelajaran quantum, sebelum mengetahui strategi pembelajaran Quantum Learning, siswa harus bisa menentukan gaya belajarnya sendiri. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur, serta mengolah informasi (DePorter dan Hernacki dalam Alwiyah, 2009: 110 – 112). Menurut DePorter dan Hernacki dalam Alwiyah (2009: 113), terdapat tiga gaya belajar atau yang disebut dengan modalitas belajar, yaitu sebagai berikut:
1.      Visual
Gaya belajar visual adalah belajar dengan cara melihat. Siswa dengan gaya belajar visual akan lebih mudah menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru melalui media-media visual seperti poster, gambar-gambar, video, dan lain sebagainya.
2.      Auditorial
Gaya belajar auditorial adalah belajar dengan cara mendengar. Siswa dengan gaya belajar auditorial akan lebih mudah menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru melalui media-media audio seperti mendengarkan cerita, mendengarkan kaset, ceramah, diskusi, dan lain sebagainya.
3.      Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Siswa dengan gaya belajar kinestetik akan lebih mudah menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru melalui praktek-praktek atau praktikum.

Modalitas belajar atau gaya belajar tersebut di atas merupakan dasar bagi siswa untuk belajar dengan menggunakan strategi Quantum Learning. Menurut DePorter dan Hernacki dalam Alwiyah (2009), strategi Quantum Learning meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.      Memberikan sugesti positif untuk siswa
Dalam Quantum Learning tidak terdapat istilah siswa bodoh atau gagal.Kegagalan adalah umpan balik untuk memberikan motivasi siswa dan belajar dari kegagalan untuk memperoleh kesuksesan. Metode Quantum Learning digunakan guru untuk selalu memberikan sugesti positif kepada siswa bahwa mereka mampu melakukan aktifitas belajar mengajar dengan baik, mampu mengerjakan tugas dengan baik, dan akhirnya mampu memperoleh nilai terbaik.
2.      Mendudukkan murid secara nyaman
Dalam metode Quantum Learning, siswa diajarkan bagaimana siswa duduk secara nyaman. Posisi duduk dan berjalan memasuki kelas harus tegak sehingga siswa akan selalu bersemangat dalam menghadapi segala aktifitas pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
3.      Memasang musik latar di dalam kelas
Musik yang digunakan adalah musik klasik dengan irama ketukan yang teratur sesuai detak jantung. Dari hasil penelitian, musik-musik tersebut dapat meningkatkan daya tahan dalam belajar dan meningkatkan daya konsentrasi siswa.
4.      Meningkatkan prestasi individu
Dalam metode Quantum Learning, peran guru bukanlah mentransfer pengetahuan kepada siswa secara satu arah saja, melainkan siswa juga distimulasi agar ikut berperan aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Hal ini bisa dilakukan melalui permainan, diskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. Melalui treatment tersebut, maka prestasi individu akan lebih terlihat dan bisa ditingkatkan.
5.      Menggunakan poster atau gambar untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi
Metode Quantum Learning mengajarkan proses pembelajaran secara menyenangkan. Sehingga guru harus bersikap kreatif untuk menghidupkan proses belajar mengajar tersebut, diantaranya dengan menggunakan poster-poster dalam memberikan materi pelajaran. Sehingga siswa akan lebih mudah mengingat dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Efektifitas Pembelajaran
Slavin (1995) menjelaskan bahwa keefektifan pembelajaran akan terjadi apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian hubungan-hubungan dari informasi yang diberikan. Selanjutnya Arend (1997) menjelaskan bahwa terdapat 7 ciri keefektifan pembelajaran yaitu:
a.       Pembalikan makna belajar;
b.      Berpusat pada siswa;
c.       Belajar dengan mengalami;
d.      Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif dan emosional;
e.       Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah Tuhan;
f.       Belajar sepanjang hayat;
g.      Perpaduan kemandirian dan sepanjang hayat.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa ke tujuh keefektifan menunjukkan penguasaan prilaku, yang berarti semakin menguasai prilaku yang disampaikan (diajarkan maka semakin efektif pembelajaran yang dijalankan).
Menurut Glasson dan Lalik (1993) mengungkapkan bahwa tingkat keekfektifan mengungkapkan dua hal pokok yaitu tingkat persentase siswa yang mencapai tingkat penguasaan tujuan dan persentase rata-rata penguasaan tujuan dari semua siswa. Selanjutnya tingkat penguasaan tujuan pembelajaran dinyatakan dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM).

Karakteristik Pembelajaran IPA (Sains)

Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Trianto (2010: 141) menyatakan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah, yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara umum.
Carin dan Sund (Puskur 2007:3), mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (uviversal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. (Puskur, 2007:6) Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu,
1.     Sikap meliputi rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahkluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2.    Proses meliputi prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3.    Produk meliputi berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4.    Aplikasi meliputi penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain . Melalui pembelajaran IPA, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.


Efektifitas Model Pembelajaran Quantum pada Pembelajaran Sains

Berdasarkan karakteristik pembelajaran sains yang telah dikemukakan diatas dan juga prinsip-prinsip serta langkah-langkah model pembelajaran quantum yang telah dipaparkan, maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa model pembelajaran quantum cukup efektif dalam menjembatani proses pembelajaran Sains agar berjalan dengan maksimal.
Melalui Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.
Dalam model pembelajaran Quantum terdapat kerangka rancangan belajar yang disebut TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan). Dalam kerangka belajar ini mengandung makna bahwa dalam proses belajar yang menyenangkan dan bermakna itu harus melalui tahapan yang dapat membawa siswa ke dalam suatu proses yang mampu membuat siswa mengalami sendiri apa yang ia pelajari. Sebisa mungkin membuat proses pembelajaran itu lebih kontekstual agar pemahaman siswa terhadap pembelajaran bukan hanya hal yang  bersifat abstrak saja dan siswa mampu menghasilkan sebuah produk berupa pemahaman terhadap konsep – konsep pelajaran yang mampu ia terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
Hal tersebut sejalan dengan sejalan dengan karakteristik pembelajaran sains yang mengutamakan unsur sikap, proses, produk dan juga penerapan. Dalam kerangka TANDUR pada model pembelajaran Quantum mewakili pelaksanaan unsur-unsur pembelajaran sains tersebut. Selain itu model pembelajaran Quantum juga mengikutsertakan bahwa pemberian motivasi, variasi lingkungan belajar, penggunaan alat bantu dan penggunaan musik dalam belajar serta ikatan emosional dalam pembelajaran juga sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Dalam pembelajaran sains siswa diharapkan mampu memiliki sikap yang baik serta mampu menjalani proses dan menghasilkan suatu produk yang mampu diterapkan dalam kehidupan, untuk mewujudkan hal tersebut penggubahan suasana dan lingkungan belajar sangat perlu untuk menjaga agar motivasi belajar siswa terus tumbuh dan menetap. Jadi dengan menggunakan model pembelajaran Quantum dirasakan cukup efektif untuk diterapkan pada pembelajaran sains jika dilihat dari kecocokan komponen-komponen model pembelajaran tersebut dengan karakteristik pembelajaran sains.

Contoh  Skenario Model Quantum Learning
Kegiatan pendahuluan :
  1. Guru melakukan apersepsi dengan pertanyaan pada materi pembelajaran IPA.
  2. Memberi pertanyaan kepada siswa tentang cakupan materi dari pembelajaran IPA
Kegiatan inti :
  1. Mentraasfer jawaban siswa dalam bentuk peta konsep.
  2. Memperbaiki peta konsep yang belum terstruktur menjadi terstuktur.
  3. Setelah peta konsep jadi, membeti tugas kepada siswa untuk membuat peta konsep secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi.
  4. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa kerja kelompok untuk membuat peta konsep.
  5. Guru keliling untuk memberi penjelasan jika ada kelompok yang bertanya selama siswa menyusun peta konsep.
  6. Wakil-wakil kelompok maju untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Sementara itu kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dan masukan.
  7. Menjelaskan tentang materi yang belum dipahami siswa
Kegiatan Penutup :
  1. Memberikan masukan tentang hasil pekerjaan siswa
  2. Postest.
  3. Memberi kesempatan siswa untuk memberi masukan tentang cara pmbelajaran yang dilakukan guru sebagai evaluasi pembelajaran pada pertemuan berikutnya.






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Model pembelajaran quantum adalah penggubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya yang menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar dan berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Kerangka Rancangan pembelajaran quantum dikenal sebagai TANDUR ( Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi, Rayakan).
2.      Azas utama pembelajaran quantum adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Maksud dari konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” adalah bahwa pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai langkah pertama yang harus dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
3.      Karakteristik umum yang tampak membentuk sosok Quantum Learning sebagai berikut: 1. Berpangkal pada psikologi kognitif.; 2.   Lebih bersifat humanistis.; 3.   Lebih bersifat konstruktivistis.; 4.   Berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri pembelajar dengan lingkungan; 5.   Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna;  6.   Sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.; 7.   Sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran; 8. menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.; 9. memadukan konteks dan isi pembelajaran.; 10. Memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.; 11. Menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.; 12. Mengutamakan keberagaman dan kebebasan; 13. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
4.      prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembelajaran Quantum ada 5 macam: 1. Segalanya berbicara; 2. Segalanya bertujuan; 3. Pengalaman sebelum pemberian nama; 4. Akui setiap usaha; 5. Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.
5.      Langkah-langkah dari pembelajaran quantum: a) Pengkondisian awal; b) Penyusunan rancangan pembelajaran; c) Pelaksanaan metode pembelajaran kuantum (Tahap ini merupakan inti penerapan model pembelajaran kuantum. Kegiatan dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R); d) Evaluasi
6.      a.  Kelebihan pembelajaran Quantum.
1. Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa.
2. Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa.
3. Adanya kerjasama.
4. Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak dipahami siswa.
5. Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri.
6. Belajar terasa menyenangkan.
7. Ketenangan psikologi.
8. Adanya kebebasan dalam berekspresi.
b. Kekurangan pembelajaran Quantum
1. Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.
2. Memerlukan fasilitas yang memadai.
3. Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang  beradaptasi dengan      kehidupan di Indonesia.
4. Kurang dapat mengontrol siswa.
7.      Keefektifan pembelajaran akan terjadi apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian hubungan-hubungan dari informasi yang diberikan. Terdapat 7 ciri keefektifan pembelajaran yaitu:
o   Pembalikan makna belajar;
o   Berpusat pada siswa;
o   Belajar dengan mengalami;
o   Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif dan emosional;
o   Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-tuhan;
o   Belajar sepanjang hayat;
o   Perpaduan kemandirian dan sepanjang hayat.








DAFTAR PUSTAKA


Deporter, B,; Reardon,M,; Singer-Nauri, S. 2010. Quantum Teaching: mempraktikkan quantum learning di ruang-ruang kelas. Bandung: Kaifa.

Deporter, B; Hernacki,M. 2016. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa.

Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Triyani. 2014. Efektivitas Model Pembelajaran TANDUR dalam meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa MTs YAPI Pakem Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Long Life Education.2012. Hakikat Quantum Learning. http://www.longlif-education.com/2012/01/model-quantum-learning.html. Diakses 14 Sep-tember 2016.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar